- Mau Cuan? Ini 15 Cara Biar Duit Datang dari HP Kamu (Gak Perlu Jadi Anak Sult*n Dulu!)
- Kenapa Gen Z Lebih Memilih Freelance daripada Kantoran?
- Bendera One Piece Berkibar di HUT RI ke-80, Simbol Pemberontakan atau Nasionalisme Gaya Baru?
- Dampak Bahaya Menonton Video Porno bagi Kesehatan Mental dan Kehidupan Sosial
- Megawati Dikukuhkan Kembali sebagai Ketua Umum PDI-P di Kongres Bali
- Bos BYD Bongkar Strategi di Balik Harga Mobil Listrik Super Murah
- Obrolan ChatGPT Kini Bisa Jadi Bukti di Pengadilan, Sam Altman Beri Peringatan Tegas
- Rekening Mati Bangkit Lagi? PPATK Longgarkan Blokir 31 Juta Akun
- Cara Mengirim Artikel, Berita, dan Tulisan ke Media Online Nasional 100% Terbit
- Timnas Indonesia U-23 Takluk dari Vietnam di Final AFF U-23 2025, Ini 5 Penyebab Kekalahannya
Kenapa Gen Z Lebih Memilih Freelance daripada Kantoran?

Keterangan Gambar : Ilustrasi bekerja dari mana saja (freepik.com)
Aksaramuda.com – Di tengah tren ekonomi digital dan pergeseran budaya kerja, makin banyak anak muda dari generasi Z yang memilih jalur freelance dibandingkan bekerja di kantor 9-to-5. Bukan karena malas atau tidak punya ambisi, tapi karena cara pandang mereka terhadap “kerja yang ideal” memang sudah berubah total.
1. Fleksibilitas Waktu = Kualitas Hidup
Gen Z sangat menghargai keseimbangan hidup. Mereka tumbuh di era ketika burnout, overwork, dan mental health jadi isu besar. Dalam freelance, mereka bisa mengatur jam kerja sendiri, memilih kapan istirahat, dan menentukan ritme yang sesuai dengan produktivitas masing-masing.
“Gue bisa kerja jam 10 malam sambil dengerin musik, daripada stuck di jam 9 pagi dengan otak belum nyala,” kata Rivan (24), desainer freelance dari Bekasi.
Baca Lainnya :
- Dampak Bahaya Menonton Video Porno bagi Kesehatan Mental dan Kehidupan Sosial0
- Bos BYD Bongkar Strategi di Balik Harga Mobil Listrik Super Murah0
- Cara Cepat Mengerjakan Skripsi: Tips Praktis Agar Skripsi Cepat Selesai dengan Bantuan Skripsiplus!0
- Sore: Istri dari Masa Depan – Romansa, Waktu, dan Takdir dalam Sebuah Pertemuan Ajaib0
- SkripsiPlus, Solusi Cerdas Mahasiswa Akhir: Buka Peluang Jadi Talent & Mitra Edukasi Digital0
2. Teknologi Membuka Pintu Rezeki Baru
Berkat platform seperti Fiverr, Upwork, Sribulancer, dan bahkan TikTok atau Instagram, Gen Z bisa bekerja dari mana saja dan menjual skill mereka ke seluruh dunia. Mereka tidak lagi tergantung pada perusahaan besar untuk mendapat penghasilan.
Banyak Gen Z sekarang jadi content creator, UI/UX designer, copywriter, bahkan voice-over talent dari kamar kos mereka sendiri.
3. Pilih Proyek Sesuai Passion
Freelance memungkinkan Gen Z untuk lebih selektif terhadap pekerjaan. Mereka lebih suka mengambil proyek yang “nyambung” dengan minat dan nilai mereka, dibandingkan mengerjakan job deskripsi statis yang kadang membosankan di kantor.
“Kalau di kantor gue harus kerjain semuanya. Kalau freelance, gue pilih klien yang vibe-nya cocok,” ujar Ayu (22), freelance videografer.
4. Otonomi dan Rasa Kontrol
Gen Z suka menjadi “bos untuk diri sendiri.” Mereka terbiasa membuat keputusan sendiri, membangun personal branding, bahkan membentuk tim sendiri untuk kolaborasi. Freelancing memberi ruang bagi hal ini—sesuatu yang belum tentu bisa didapatkan di struktur kerja korporat yang kaku.
5. Uang? Kadang Justru Lebih Besar
Meskipun tidak selalu stabil, penghasilan freelance bisa lebih tinggi dari gaji tetap, terutama jika punya klien luar negeri atau proyek beruntun. Gen Z sadar mereka bisa menghargai skill mereka dengan nilai yang layak—tanpa harus “ngantor dulu bertahun-tahun.”
Tapi… Freelance Juga Ada Tantangannya
Meski banyak kelebihan, freelance juga datang dengan risiko: tidak ada tunjangan, tidak ada jaminan proyek rutin, dan butuh manajemen waktu serta keuangan yang lebih kuat. Tapi bagi banyak Gen Z, tantangan ini terasa sepadan dengan kebebasan yang mereka dapat.
Catatan Redaksi:
Gen Z bukan generasi yang anti-kantor. Mereka hanya ingin tempat kerja yang memanusiakan, memberi ruang ekspresi, dan tidak menjadikan kerja sebagai seluruh isi hidup. Maka freelance pun menjadi simbol kemerdekaan profesional versi mereka.